Still Life Fotografi

16/02/2011 04:22
Fotografi memang banyak cabangnya, bisa foto jurnalistik, fotografi dokumenter, fotografi olahraga, dan lain-lain. Satu di antara yang lain-lainnya itu adalah foto still life, yaitu foto mengenai alam benda mati, misalnya patung, makanan, minuman, boneka, aneka benda-benda kecil dari hiasan sampai produk-produk kecantikan.

Meskipun yang menjadi objek pemotretan adalah benda-benda mati, memotretnya untuk menjadi sebuah foto yang baik dan mengandung seni tidaklah semudah yang kita bayangkan. Terlebih bila kita harus menjadikan benda mati tersebut menjadi "hidup" atau berisi.

Jelas bahwa membuat foto still life bukan sekadar menyalin atau memindahkan objek ke dalam film dengan cara seadanya. Karena bila seperti itu yang dilakukan, namanya adalah mendokumentasikan. Padahal yang diperlukan adalah suatu teknik pemotretan yang baik, apakah mengenai sudut pemotretan, pencahayaan atau hal-hal lain yang terkait dengan tujuan pencapaian hasil foto yang artistik dan mengandung seni. Karena itulah untuk menghasilkan sebuah foto still life yang baik perlu adanya teknik pemotretan yang baik puula.

Yang sangat berperan dalam hal ini adalah pencahayaannya, yaitu jatuhnya sinar terhadap objek yang kita potret. Umumnya pemotretan still life dilakukan dengan menggunakan cahaya artifisial atau cahaya buatan, lampu kilat misalnya. Atur jatuhnya sinar pada objek sedemikian rupa dengan cara memindah-mindahkannya atau menggeser, mengangkat, memutar objek sehingga ditemukan pencahayaan yang terbaik. Inilah salah satu kemudahan memotret alam benda mati di mana untuk menentukan arah pencahayaan yang tepat pada objek, pemotret hanya melakukannya dengan cara menggeser, mengangkat atau memutarnya.

Dalam menyiari objek still life posisi lampu dan jumlah lampu yang digunakan akan sangat menentukan keberhasilan "menghidupkan" benda-benda mati tersebut. Karena itu tentukan penempatannya dengan memperhatikan objek yang akan difoto secara benar (mencarinya dengan mengangkat, memutar dan memindahkannya) dan lakukan penyinaran sesuai teori dasar penyinaran yang benar serta sesuai keinginan untuk mencapai hasil seperti yang diharapkan pemotret.


Konsep

Dalam membuat foto, yang terpenting adalah ide dasarnya, terlebih bila yang dibuat adalah foto still life. Sebuah kabel misalnya, dapat kita potret begitu saja tanpa sentuhan apa pun, akan tetapi tentu saja hasilnya juga akan apa adanya (bersifat dokumnetasi belaka). Tetapi benda tersebut akan dapat tampil lebih baik dan bahkan menarik ketika kita memotretnya dengan mencoba untuk menampilkan sisi-sisi menariknya secara detail serta melakukan penyinaran yang baik. Mungkin juga dengan cara menatanya sedemikian rupa dengan tambahan-tambahan aksesori yang baik.

Tambahan latar belakang atau sesuatu aksesori lain jika dikehendaki memang akan lebih membantu menjadikan sebuah benda basa menjadi lebih menarik. Karena itu bila pemotret telah mempunyai konsep pemotretan maka cara apa pun yang dilakukannya pasti akan menjadikan suatu objek benda mati menjadi lebih baik dibandingkan dengan memotretnya tanpa konsep yang jelas.

Konsep adalah sesuatu yang sangat penting dalam menghasilkan foto, karena konsep yang merupakan jembatan atau media untuk menyampaikan bahawa gambar, di mana gambar merupakan sarana berkomunikasinya. Dan, seorang pemotret selayaknyalah memikirkannya hingga komunikasinya sampai pada orang lain.

Ibarat seorang wartawan fot. Di kala ia melakukan pemotretan sebagai laporan beritanya, ia harus dapat mempertimbangkan segi-segi yang menjadikan berita foto itu tak saja dilihat orang tetapi juga mampu menjelaskan pesan yang dikandungnya. Foto still life dapat digunakan untuk berbagai keperluan, baik komersial maupun non-komersial. Khusus bagi pemotretan untuk tujuan komersial yang memiliki nilai jual maka konsep menjadi dasar pijakan utama. Tujuannya agar foto yang dibuat mampu menjadi alat promosi yang baik dan berhasil (sesuai keinginan klien).

Secara konsep stil life itu sendiri dapat ditampilkan dengan berbagai macam teknik, dari yang rumit dengan menggunakan efek-efek khusus hingga cara yang sederhana dengan lokasi di luar ruangan, atau dengan latar belakang suatu benda yang unik. Demikian juga dengan penggunaan film, tak seharusnya selalu menggunakan film berwarna sebab mungkin saja ingin disajikan dengan film hitam-putih.

Yang terpenting dalam hal ini setelah bayangan konsep penyajian muncul, seorang pemotret harus mampu mempertimbangkan secara tepat mengenai penggunaan peralatannya. Namun peralatan memang tidak akan berarti apa-apa jika pemotret tidak mampu mengenal atau memaksimalkan kelebihannya.


Trik Pemotretan

Semua peralatan (kamera maupun lensa) selama itu masih berfungsi dengan baik dapat digunakan untuk memotret alam benda mati atau still life. Dimulai dari kamera jenis SLR sampai jenis kamera view. Demikian juga dengan pencahayaannya. Bila tidak memiliki lampu kilat secara khusus seperti kebiasaan orang memotret still life yang selalu menggunakan cahaya lampu kilat studio yang baik, menggunakan lampu kilat biasa bahkan dengan cahaya alam matahari dapat juga dilakukan. Misalnya dengan menunggu matahari muncul dari balik jendela rumah. Memang memotret still life dapat dilakukan dengan penyinaran apa pun. Sehingga bisa dikatakan bahwa jenis pemotretan ini merupakan suatu cabang fotografi yang simpel dan mengasyikkan.

Pada pemotretan alam benda mati yang kecil bentuknya dan dilakukan dengan jenis kamera SLR 35 mm, tentu ditemukan sedikit kesulitan khususnya dalam upaya menjadikan objek pemotretan tampak tajam secara keseluruhan. Pemotret dalam hal ini akan terpaksa menggunakan lensa pendekat untuk memperbesar gambar. Akibatnya ruang tajam menjadi sangat sempit. Keadaan itulah yang kemudian harus disiasati atau dilakukan trik pemotretan dengan menggunakan bukaan diafragma kecil agar ruang tajamnya menjadi luas.

Pemotretan still life memang tidak ideal dilakukan dengan menggunakan jenis kamera kecil 35 mm. Karena bagi pemotret pemula khususnya, hal tersebut bisa membuatnya gagal menghasilkan foto yang baik sebab belum tentu mengerti hal-hal teknis atau efek-efek yang akan dihasilkan oelh sebuah lensa pendekat misalnya. Memang sebaiknya seorang pemotret paham betul akan efek-efek yang akan dihasilkan oleh sebuah alat.

Namun, keberadaan alat yang sangat berpeluang dalam menentukan keberhasilan sebuah pemotretan bukanlah segalanya. Karena sesungguhnya salah satu kekuatan foto still life terletak pada konsepnya.

Bila pemotret berhasil menggabungkan konsep tehnik dengan konsep seni, maka sebuah benda mati yang tak pernah diperhatikan orang yang mungkin juga sering hanya dibuang, bisa menjadi sesuatu yang dilirik bahkan mungkin dilihat serta diminati orang ketika sudah ditampilkan dalam bentuk sebuah foto yang baik dan mengandung nilai seni.*

(www.suarapembaruan.com)

sumber https://indophoto.multiply.com/notes/item/30

Search site

Contact

Blitarian Photo Club Jl. Diponegoro 09. Blitar, Indonesia